Kamis, 08 Maret 2012

Mencicipi Android "ES KRIM" untuk tuna netra

Jakarta - Selama ini tunanetra telah dapat mengakses berbagai konten menggunakan gadget keluaran Apple. Hal itu dimungkinkan karena Apple telah membenamkan fitur aksesibilitas secara default pada perangkat iOS besutannya.

Tampaknya, Google pun ingin mengakomodasi kebutuhan tunanetra. Lewat Android versi terbaru Ice Cream Sandwitch (ICS), kini tunanetra pun dapat menggunakan tablet yang mengusung sistem operasi Android!

Perangkat dengan jeroan IOS memang telah lama menjadi pilihan utama tunanetra di berbagai negara untuk mengakses informasi secara mobile. Fitur aksesibilitas berupa pembaca layar Voice Over memungkinkan tunanetra mengakses informasi yang disajikan oleh gadget iOS.


Masalahnya, harga gadget seperti iPad dan iPhone masih tergolong mahal untuk tunanetra yang berdomisili di negara-negara berkembang.

Nah, tablet Android yang harganya lebih terjangkau pun mulai dilirik tunanetra. Sayangnya, untuk tablet yang masih menggunakan versi Android di bawah 4.0 belum menyediakan fitur khusus bagi tunanetra.

Pada versi ICS 4.0, fitur aksesibilitas telah ditanam secara default, sehingga tunanetra dapat langsung mengaktifkan dan menggunakannya tanpa perlu aplikasi pihak ketiga. Namanya Explore-by-touch, yang bila diaktifkan dapat membantu tunanetra mengakses tablet dengan keluaran suara.

Mengaktifkan Fitur Aksesibilitas

Untuk mengaktifkan fitur aksesibilitas ini, nyalakan terlebih dahulu gadget ICS Anda. Pastikan tablet sudah menyelesaikan proses startup dan berada pada posisi siap pakai. Lalu, letakkan jari di pojok kiri atas. Tariklah garis membentuk kotak, mulai dari kiri atas ke kanan atas lalu ke kanan bawah dilanjutkan ke kiri bawah dan berakhir kembali di kiri atas.

Kalau berhasil akan terdengar bunyi "beep" dan Explore-by-touch akan segera aktif. Bila metode ini tidak berhasil, aktifkan secara manual lewat menu Settings > Accessibility > Explore-by-touch.

Bila Explore-by-touch sudah aktif maka seluruh informasi yang tertera pada layar akan dibacakan oleh sistem. Adapun suara pembacanya tergantung text-to-speech yang ter-install pada tablet Anda.

Bila Anda menyentuh icon atau menu dengan ujung jari, maka sistem akan membacakan item yang Anda sentuh. Untuk mengaktifkannya, angkat jari dan ketuk item yang ingin diaktifkan. Ini seperti melakukan double click pada mouse. Cara ini juga digunakan untuk mengetik menggunakan virtual keyboard.

Untuk berpindah halaman biasanya kita menggunakan satu jari saat menggeser. Bila Explore-by-touch sedang aktif, Anda harus menggunakan dua jari, karena aktifnya fitur aksesibilitas otomatis mengubah cara pengguna dalam mengoperasikan shortcut navigasi.

Explore-by-touch juga mendukung aktivitas ber-internet. Saat kita mengaktifkan browser, maka sistem akan otomatis mengunduh skrip yang dibutuhkan, sehingga Explore-by-touch dapat mengenali elemen-elemen yang tampil pada browser.

High-end vs Low-end

Penulis berkesempatan mencicipi fitur aksesibilitas ICS pada dua jenis tablet, yaitu Samsung Galaxy Nexus (mewakili entri high-end) dan Ainol Novo 7 Paladin (mewakili entri low-end). Mengapa demikian?

Sejatinya seluruh fitur aksesibilitas ICS sudah dapat berjalan penuh pada tablet Samsung Galaxy Nexus. Namun karena harganya masih tergolong tinggi, penulis coba mencari alternatif tablet yang lebih murah, dan pilihan jatuh pada Ainol Novo 7 Paladin yang sudah mengusung ICS.

Penulis pun menjajal Ainol Novo 7 Paladin. Saat penulis coba mengaktifkan Explore-by-touch dengan membentuk kotak menggunakan jari, ternyata fitur ini tak bisa aktif. Selain itu, Explore-by-touch ternyata tidak terpasang secara default pada Ainol Novo 7 Paladin, sehingga harus lebih dulu mengunduhnya lewat Android market.

Selain itu, modul suara yang tersedia setelah Explore-by-touch terpasang pada Ainol Novo 7 Paladin hanyalah Pico TTS (versi Inggris US dan Inggris UK). Saat penulis hendak memasang modul text-to-speech yang lain, ternyata sistem menolaknya. Hal ini tetap terjadi meskipun penulis sudah melakukan root pada sistem operasinya.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, hal ini barangkali disebabkan karena perangkat keras yang digunakan tablet low-end berbeda dengan yang high-end. Hal itulah yang barangkali menyebabkan text-to-speech (dan barangkali beberapa aplikasi lain) tak dapat dipasang, dan fitur aksesibilitas tidak tertanam secara default pada tablet low-end.

Namun, untuk fitur lainnya berjalan sama persis dengan Samsung Galaxy Nexus. Hanya saja text-to-speech bawaan Samsung Galaxy Nexus jauh lebih baik, dan tentu saja fitur aksesibilitasnya sudah terpasang secara default.

Kesimpulan

Bagi tunanetra yang ingin serius menjadikan tablet Android sebagai gadget primer, penulis menyarankan untuk menahan diri dulu. Hal ini karena fitur aksesibilitas masih belum tersedia secara merata, terutama untuk tablet yang murah meriah.

Selain itu, masih ada beberapa bug yang agak mengganggu saat pengoperasian, misalnya konten yang tidak terbaca saat ber-internet, atau salah baca saat kita menyentuh icon atau menu.

Tapi, bila masih tetap ngotot ingin mencobanya, penulis sarankan untuk langsung memilih tablet high-end seperti Samsung Galaxy Nexus. Penulis merasakan pengalaman bereksplorasi yang lebih smooth, dan tentu saja merasa lebih nyaman karena modul suaranya lebih bagus sehingga enak didengar telinga.

Nah, bagi tunanetra yang ingin latihan dan merasakan pengalaman memakai gadget layar sentuh, bolehlah mencobanya pada tablet-tablet keluaran China yang murah meriah. Pastikan tablet tersebut sudah mengusung ICS, dan mintalah orang berpenglihatan untuk mengaktifkan Explore-by-touch secara manual.

sumber: detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar